Tech

Mengapa pasar India tidak bullish pada perkiraan pertumbuhan PDB FY24 sebesar 6,4%-6,5%?

BaBeMOI

Gubernur Reserve Bank of India Shaktikanta Das pada hari memproyeksikan pertumbuhan PDB India untuk 2023-2024 sebesar 6,4 persen. Survei Ekonomi 2023 yang disampaikan Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman memproyeksikan pertumbuhan PDB 6-6,8 persen pada 2023-2023. Anggaran Perhimpunan 2023 juga mengalokasikan 6,5 persen dari PDB untuk target pertumbuhan nominal.

Namun, tidak terlalu optimis dengan angka pertumbuhan tersebut. Kepala Ekonom CRISIL Ltd Dharmakirti Joshi mengatakan agensi mengharapkan produk domestik bruto menjadi 6 persen pada berikutnya. Reksa Dana Axis, IDFC AMC dan HDFC Bank juga mematok PDB sekitar 6%. HDFC Bank telah selangkah lebih maju. “Kami sangat mungkin untuk merevisi perkiraan ini ke depan. Kami mengharapkan pertumbuhan PDB sebesar 5,8-6% di FY24,” kata pemberi pinjaman swasta .

Mengapa hampir konsensus di pasar untuk pertumbuhan yang lebih rendah di FY24?

Alasan pertama bisa jadi karena preferensi pemerintah untuk daripada belanja pendapatan. Tahun depan, belanja modal akan meningkat lebih dari 37% menjadi 10 juta rupee. Buah dari biaya modal yang lebih tinggi akan dicapai dalam jangka menengah hingga panjang. Sedangkan pengeluaran pendapatan mencerminkan konsumsi pemerintah pada tahun pertama itu sendiri. Bahkan, ada pengurangan subsidi dan skema seperti MNREGA yang memiliki alokasi lebih sedikit untuk belanja pendapatan.

Kedua, dampak penuh dari kenaikan 250 basis poin pada tingkat pembayaran tahun depan akan tercermin di pasar. Sejauh ini, bank telah mentransfer 137 unit ke peminjam baru dan 213 unit ke deposan. Jika kita melihat 137 basis poin transfer tarif ke peminjam, 54%. Oleh karena itu, setengah dari kenaikan tarif berikutnya akan dilakukan secara penuh selama 2023-2024. Hal ini akan berdampak pada permintaan kredit baik dari retail maupun korporasi.

Ketiga, inflasi ritel atau inflasi indeks harga konsumen (IHK) tahun depan akan tetap tinggi. Proyeksi sebesar 5,3 persen pada 2023-2024 menunjukkan bahwa target sebesar 4 persen masih jauh. Inflasi yang lebih tinggi pada tahun lalu telah menggerus pendapatan yang dapat dibelanjakan rumah tangga.

Keempat, pengetatan moneter di pasar keuangan global juga diperkirakan akan memberikan efek spillover. Ketika tarif global rendah, sektor korporat meminjam dana dengan tarif lebih murah, dan ekuitas swasta global serta uang modal ventura mengalir ke perusahaan rintisan dan sektor matahari terbit baru. Tapi sekarang uang datang dengan biaya yang lebih tinggi dan pemain global juga berhati-hati dalam menginvestasikan uang.

Last but not least, melebarnya current account deficit (CAD) menjadi perhatian India karena ekspor melambat akibat perlambatan global dan impor terus meningkat. Di masa lalu, arus masuk modal yang kuat, baik dari FDI maupun FPI, membantu pasar saham mendanai CAD, namun kini ada tantangan untuk menarik arus masuk global yang lebih tinggi. Hal ini dapat berdampak negatif pada nilai rupiah terhadap dolar AS, sehingga mengancam .

#Mengapa #pasar #India #tidak #bullish #pada #perkiraan #pertumbuhan #PDB #FY24 #sebesar

Read Also

Tinggalkan komentar